This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday 30 January 2013

Ilmu Pengetahuan dalam Islam


MATERI TENTANG ILMU
            Sejak akhir abad ke-19 hingga kini, salah satu persoalan besar yang diangkat para pemikir muslim adalah sikap yang mesti diambil terhadap ilmu pengetahuan modern di dunia Barat. Perdebatan mereka dilatarbelakangi kesadaran bahwa dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, tetapi pada zaman modern ini, umat Islam telah jauh tertinggal oleh dunia Barat. Perbincangan tentang Islam dan ilmu pengetahuan sejak akhir abad ke-19 itu memiliki dua aspek penting.
            Pertama, periode tersebut ditandai banyak perkembangan baru dalam pemikiran Islam. Penyebab utamanya adalah kontak dan interaksi yang intensif pada beberapa kasus, bahkan berupa benturan fisik  antara dunia Islam dan peradaban Barat. Gagasan seperti “kemoderenan” serta modernisme, westernisasi atau pembaratan, dan sekularisme menjadi objek utama perhatian para pemikir muslim. Demikian luasnya penyebaran gagasan baru itu, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pemikiran baru Islam lahir dari keinginan untuk menanggapi fenomena tersebut.
            Kedua, sejak awal perkembangan Islam, ilmu yang berdasarkan pengamatan, wahyu, atau renungan para sufi, sebagai induk ilmu pengetahuan selalu mendapatkan perhatian para pemikir muslim. Bertolak dari kecenderungan di atas, perhatian tersebut mengambil bentuk tanggapan terhadap perkembangan pesat ilmu pengetahuan modern di dunia Barat, yang dianggap tidak berinduk pada suatu ilmu yang benar. Tanggapan itu, pada dasarnya lebih merupakan reaksi dari beberapa pemikir dan aliran pemikiran yang merupakan penyempitan wilayah wacana tentang ilmu dan ilmu pengetahuan dibandingkan dengan periode sebelumnya, khususnya masa awal perkembangan intelektual Islam.
            Sejak abad ke-19, usaha untuk memberi tanggapan tersebut melahirkan sebuah diskursus pemikiran antara Islam dan ilmu pengetahuan yang amat beragam. Tanggapan tersebut dapat berarti usaha apologetis untuk menegaskan bahwa ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Barat sebenarnya bersifat Islami. Dapat juga merupakan usaha mengakomodasi sebagian nilai dan gagasan ilmu pengetahuan modern karena dianggap Islami, dengan menolak sebagian lain. Tidak  bisa dipungkiri,  usaha Islamisasi berbagai cabang ilmu pengetahuan dan penciptaan sebuah filsafat ilmu pengetahuan Islam, pada  akhirnya adalah upaya untuk  merekonstruksi pandangan dunia serta epistemologi Islam.
A.     Hubungan Islam dengan Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan kesatuan ajaran yang utuh, yang mencakup semua aspek kehidupan manusia. Islam tidak hanya membahas apa yang wajib dikerjakan dan apa yang dilarang, tetapi juga membahas apa yang perlu diketahuinya. Dengan kata lain, Islam adalah cara berbuat dan melakukan sesuatu sekaligus sebuah cara untuk mengetahui. Dalam hal ini aspek mengetahui menjadi sangat penting sehingga antara Islam dan Ilmu Pengetahuan tidak dapat dipisahkan.
Hal ini karena secara esensial Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Islam memandang ilmu pengetahuan sbagai cara pandang utama bagi penyelamatan jiwa dan pencapaian kebahagiaan serta kesejahteraan manusia dalam kehidupan kini dan nanti.
Bagian pertama ketika seorang masuk agama Islam dari kesaksian iman Islam adalah ucapan, “Laa ilaha illallah” (Tak ada tuhan selain Allah), merupakan sebuah pernyataan pengetahuan tentang realitas. Kalimat ini adalah pernyataan yang secara popular dikenal dalam Islam sebagai prinsip utama/ prinsip tauhid atau keesaan tuhan.
Orang Islam memandang berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti sains, ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora sebagai beragam bukti yang menunjukkan kebenaran bagi pernyataan yang paling fundamental dalam Islam ini.
Benturan dan ketidakcocokan antara Islam dan ilmu pengetahuan dipandang dari sisi manapun tidak akan pernah ada. Karena sesungguhnya kesadaran beragama orang Islam pada dasarnya adalah kesadaran akan Keesaan Tuhan. Semangat ilmiah tidak bertentangan dengan kesadaran religious, karena ia merupakan bagian yang terpadu dengan Keesaan Tuhan itu. Memiliki kesadaran akan Keesaan Tuhan berarti  meneguhkan bahwa kebenaran Tuhan Allah adalah satu dalam EsensiNya, dalam Nama-nama dan Sifat-Sifat-Nya, dan perbuatannya.
Konsekuensi penting dari pengukuhan kebenaran sentral ini adalah bahwa orang harus menerima realitas objektif kesatuan alam semesta. Seagai sebuah sumber ilmu pengetahuan, agama Islam bersifat empatik ketika mengatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini saling berkaitan dalam jaringan kesatuan alam melalui hukum-hukum kosmis yang mengatur mereka. Kosmos teriri atas berbagai berbagai tingkat realitas, bukan hanya yang fisik. Tetapi ia membentuk suatu kesatuan karena ia mesti memanifestasikan ketunggalan sumber dan asal-usul metafisikanya yang dalam agama disebut Tuhan.
Semangat ilmiah para ilmuan dan sarjana muslim pada kenyataanya mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid. Tak diragukan bahwa, secara religius dan historis, asal-usul dan perkembanga semangat ilmiah dalam Islam berbeda dari asal usul dan perkembangan sains di Barat. Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan sumber religius semangat ilmiyah dalam Islam ini daripada fakta bahwa semangat ini pertama kali terlihat dalam ilmu-ilmu agama.
Orang-orang Islam mulai menaruh perhatian pada ilmu-ilmu alam secara serius pada abad ketiga Hijriyah atau abad ke sembilan masehi. Tetapi pada saat itu mereka telah memiliki sikap ilmiyah dan ketrangka berfikir ilmiyah, yang mereka warisi dari ilmu-ilmu agama. Semangat untuk mencari kebenaran dan objektifitas, penghormatan pada bukti empiris yang memiliki dasar yang kuat, dan pikiran yang terampil dalam pengklasifikasian merupakan sebagian ciri-ciri ilmuan muslim yang sangat luar biasa.
Kecintaan ummat muslim terlebih para ulama’dan ilmuan di zamanya pada definisi-definisi dananalitis konseptual atau semantik dengan penekanan yang besar pada kejelasan dan ketepatan logis, juga sangat nyata dalam pemikiran hukum seorang Muslim maupun dalam ilmu-ilmu yang berkaitan dengan studi atas berbagai aspek al-Qur’an, seperti limu tafsir. Dalam Islam, ilmu pengetahuan logika tak pernah dianggap berlawanan dengan keyakinan agama. Bahkan para ahli tata bahasa, yang pada awalnya menentang diperkenalkanya logika Aristoteles (Mantiq) oleh para filosof muslim seperti al-Farabi, bersikap demikian karena keyakinan bahwa logika-teologis-yuridis seperti Stoics, yang dikenal sebagai adab al-jadal atau seni berdebat sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan logika mereka.
Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
A.      Tafsir QS. Yaasin(36): 38-40
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
ߧôJ¤±9$#ur ̍øgrB 9hs)tGó¡ßJÏ9 $yg©9 4 y7Ï9ºsŒ ㍃Ïø)s? ̓Íyèø9$# ÉOŠÎ=yèø9$# ÇÌÑÈ   tyJs)ø9$#ur çm»tRö£s% tAÎ$oYtB 4Ó®Lym yŠ$tã Èbqã_óãèø9$%x. ÉOƒÏs)ø9$# ÇÌÒÈ   Ÿw ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ  
Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Ïä!$uK¡¡9$#ur ÏN#sŒ Å7ç6çtø:$# ÇÐÈ  
7. demi langit yang mempunyai jalan-jalan
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7) Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain.
Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan. Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.

Kesimpulan pada materi ilmu ini :
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan. Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.



Friday 18 January 2013

semangat KU

semangat hari ini,,
hidup ini ku lalui dengan semangat,,
tiada hari tanpa semangat,,
semangat untuk diriku,,
semangat untuk dirinya,,
walau terkadang semangat ku layu,,
namun Dia pembangun semangat ku,,

to be continue